MODEL
BASIS EKSPOR DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI
DI
PROVINSI RIAU
Pertumbuhan
ekonomi adalah suatu bentuk dimana ada peningkatan produksi barang dan jasa
dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Hal itu ditandai dengan adanya kenaikan
pendapatan per kapita suatu daerah dari tahun sebelumnya. Untuk menjelaskan
bagaimanakah suatu daerah dapat dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi adalah
dengan menggunakan 3 model, yaitu model basis ekspor, model pendapatan antar
daerah, dan model neo klasik. Dalam tulisan ini akan dipakai model pertumbuhan
basis ekspor untul menganalis pertumbuhan ekonomi di Provinsi Riau.
Model
basis ekspor adalah salah satu model pertumbuhan ekonomi dimana suatu daerah
memproduksi barang sesuai dengan keuntungan kompetitif yang dimiliki daerah
tersebut. Ekspor merupakan faktor penting yang mendorong pertumbuhan ekonomi
disuatu daerah. Ini adalah salah satu dampak positif diberlakukannya otonomi
daerah sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 1999, dimana daerah otonom berhak
mengatur secara mandiri wilayahnya termasuk bidang ekonomi. Dengan adanya
kebebasan mengatur wilayah sendiri menjadikan suatu daerah tahu apa yang
menjadi potensinya dan dapat dikembangkan yang akhirnya akan menunjang
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Ketika suatu daerah dapat mengembangkan apa yang
menjadi sektor-sektor yang dapat diekspor akan dapat menaikkan pertumbuhan
ekonomi.
Provinsi Riau secara geografis
terletak di tengah pulau Sumatra dan langsung berbatasan dengan selat Malaka.
Perkebunan yang banyak dikembangkan di daerah Riau adalah perkebunan kelapa
sawit, karet, dan kelapa.[1]
Untuk sektor perkebunan Pemerintah Daerah Riau menetapkan kelapa sawit sebagai
komoditas unggulan daerah. Kelapa sawit masuk ke Indonesia pada tahun 1848
sebagai tanaman hias di Kebun Raya Bogor dan baru diusahakan sebagai tanaman
komersial pada tahun 1912 dan ekspor minyak sawit pertama kali dilakukan pada
tahun 1919.[2]
Kelapa sawit adalah komoditi yang paling paling banyak ada di Riau dan dapat
mendorong perekonomian rakyat. Itu dikarenakan karena Riau sangat cocok
dijadikan perkebunan kelapa sawit. Dengan luas mencapai 1.486.989 ha pada tahun
2003, maka pada saat itu daerah Riau mempunyai kebun kelapa sawit terluas di Indonesia.
Produksi CPO dari daerah Riau pada tahun 2003 telah mencapai 3.832.228 ton (Dinas
Perkebunan Propinsi Riau Tahun 2003).3
Berikut adalah data mengenai luas
areal kelapa sawit dari tahun 2000-2004 di Riau.4
|
Tahun
|
2000
|
2001
|
2002
|
2003
|
2004
|
|
Luas Tanaman
(Ha)
|
805.646
|
1.047.644
|
1.238.106
|
1.319.659
|
1,370,284
|
Di tahun 2004 tampak jelas bahwa di Provinsi Riau
mengalami kenaikan yang pesat dari tahun 2000. Ada 500.000 Ha lebih perkebunan
kelapa sawit yang mulai berkembang. Hal tersebut dikarenakan investasi
masyarakat dari perkebunan tersebut akan menimbulkan pendapatan yang besar dan
meningkatkan perekonomian rakyat.
Ada beberapa
alasan kenapa Pemerintah Daerah Riau mengutamakan kelapa sawit sebagai
komoditas utama, antara lain 5 Pertama,
dari segi fisik dan lingkungan keadaan Derah Riau memungkinkan dikembangkan
perkebunan kelapa sawit. Kondisi Daerah Riau yang relatif datar akan memudahkan
dalam pengelolaan dan dapat menekan biaya produksi. Kedua, kondisi tanah
yang memungkinkan untuk ditanam kelapa sawit akan membuat produksi lebih tinggi
dibandingkan daerah lain. Ketiga, dari segi pemasaran hasil produksi
Daerah Riau mempunyai keuntungan, karena letaknya yang strategis dengan pasar
internasional yaitu Singapura. Keempat, berdasarkan hasil yang telah
dicapai menunjukkan bahwa kelapa sawit memberikan pendapatan yang lebih tinggi
kepada petani dibandingkan dengan jenis tanaman perkebunan lainnya.
Peningkatan produksi baik volume maupun mutu
hasil-hasil perkebunan kelapa sawit sehingga pendapatan petani produsen dapat
mencapai US $1,800.00 per KK per tahun.6
Bila kita mengacu kepada salah satu ciri bahwa suatu negara dapat dikatakan
mengalami pertumbuhan ekonomi adalah dengan adanya peningkatan volume hasil
yang diproduksi suatu daerah, maka Provinsi Riau dengan mengembangkan apa yang
menjadi komoditas ekspornya telah mengalami pertumbuhan ekonomi. Tidak hanya
berpatok kepada kelapa sawit, tetapi kayu juga merupakan salah satu dari
komoditas ekspor yang dimiliki Riau. PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP)
adalah merupakan perusahaan penghasil kertas dan karton di Riau. China
merupakan pasar pertumbuhan ekspor pulp terbesar di dunia saat ini. Dari 2005
hingga kini, permintaan pulp dari China meningkat hingga 139 persen.7 Ekspor dari Riau kurang berkembang
dipasaran international dikarenakan kalah saing dengan China. Padahal, dengan
potensi yang dimiliki seharusnya sudah bisa berkembang dikancah international
mengingat bahwa Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber daya alam
termasuk Riau sendiri. Dengan letaknya yang strategis dengan negara Singapura
dan Malaysia seharusnya menjadikan ekspor kertas lebih berkembang. Dan juga
dengan iklim tropis dengan masa panen pohon bisa sekali dalam 5 tahun,
sedangkan untuk negara sub tropis bisa mencapai 20 tahun untuk sekali panen.
Ini seharusnya bisa menjadi peluang yang besar untuk Riau, mengapa China bisa?
Nilai Ekspor Riau bulan November 2011 mengalami
kenaikan sebesar 27,11 % dimana kenaikan itu disebabkan oleh sektor migas dan
non migas. Dibandingkan bulan Oktober 2011 migas yang diekspor hanya mencapai
US$ 1.413,20 juta, maka nilai ekspor pada bulan November 2011, mengalami
kenaikan sebesar US$ 1.796,29 juta. Sedangkan sektor non migas pada bulan
November 2011 mencapai US$ 1.255,40 persen atau naik sebesar 30,04 persen
dibanding ekspor non migas bulan oktober 2011. (Data yang dilansir dari website resmi statistik bps.go.id)
Terlihat bahwa migas menunjang perekonomian di Riau
dengan memanfaatkan sumber daya alam melimpah yang kaya akan minyak. Kenaikan
yang besar ini menjadikan pertumbuhan ekonomi yang melesat di Riau khususnya di
Pekanbaru yang merupakan ibukota Provinsi Riau. Banyak investasi yang
ditanamkan oleh asing, seperti Chevron di Dumai dan Duri, Caltex di Pekanbaru.
Kedua perusahaan ini sama-sama mengolah minyak bumi, tapi sangat disayangkan
dengan keterbatasan yang dimiliki oleh negara kita dalam segi Sumber Daya
Manusia (SDM) dan peralatan mejadikan kekayaan alam kita dikuasai oleh asing.
Alangkah lebih baiknya bila sumber daya alam yang dimiliki dikelola dengan
sendiri yang hasilnya akan menambah PAD yang melimpah juga untuk daerah
sendiri. Inilah yang sangat tidak balance
antara SDA dan SDM yang berkualitas.
Tidak hanya dari migas, sektor non migas yang
dimiliki oleh Riau juga diekspor keluar diantaranya pada bulan November 2011
adalah bubuk kertas sebesar US$ 1.300,19 juta. Sedangkan untuk lemak, dan
minyak nabati sebesar US$ 9.062,59 juta. Kemudian disusul oleh kertas dan
karton yakni sebesar US$ 1.300,19 juta.8
Negara yang menjadi tujuan ekspor dari Riau dalam sektor non migas adalah
India, China, dan Belanda.
Ekspor minyak dan gas (migas) bulan Januari 2012
mencapai US$ 949,13 juta atau naik 66,53% dibanding bulan Desember 2011.9 Sedangkan dibanding dengan Januari 2011
mencapai sebesar US$ 540,78 juta.10 Terlihat
terjadi peningkatan dari volume hasil produksi dalam negeri yang diekspor
keluar. Dengan keunggulan yang dimiliki Riau dalam sektor minyak ataupun tidak
minyak (kertas) menjadikan pertumbuhan ekonomi didaerah itu berkembang pesat.
Sehingga Riau juga disebut kota perdagangan, dikarenakan letak geografisnya
yang sangat mendukung dan tentunya faktor Sumber Daya Alam yang dimiliki adalah
penunjang untuk pertumbuhan tersebut.
Daftar
Pustaka:
Ank. Ekspor
migas Riau naik 35,23% selama 2011, sindonews.com.
Disyantik,
Perkembangan Ekspor Dan Impor Riau
Januari 2012, bps.go.id.
Himawan,
Bagus. Indonesia Mampu Dominasi Pasar Pulp Dunia, MediaIndonesia.com.
Iyung,
Pahan. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit – Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir, Penebar Swadaya, Bogor.
Syahza,
Almasdi dkk. 2005. Kelapa Sawit:
Pengaruhnya Terhadap Ekonomi Regional Daerah Riau. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Riau.
Syahza, Almasdi.
2002. Potensi Pembangunan Industri Hilir
Kelapa Sawit di Daerah Riau, dalam
Usahawan Indonesia, No.
04/TH XXXI April 2002, Lembaga Manajemen FE UI. Jakarta.
[1] Hasil penelitian Almasdi Syahza dkk, Kelapa Sawit: Pengaruhnya Terhadap Ekonomi Regional Daerah Riau. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Riau, 2005, hlm. 2
3 Ibid,.
4 Pahan Iyung, Panduan Lengkap
Kelapa Sawit – Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir, Penebar
Swadaya, Bogor, 2006.
5 Almasdi Syahza,
Potensi Pembangunan Industri Hilir Kelapa
Sawit di Daerah Riau, dalam Usahawan Indonesia, No. 04/TH
XXXI April 2002, Lembaga Manajemen FE UI, Jakarta, 2002, (Dalam penelitian Almasdi Syahza dkk, Kelapa Sawit: Pengaruhnya Terhadap Ekonomi Regional Daerah Riau. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Riau, 2005, hlm. 2)
6 Almasdi Syahza dkk, Op. Cit,.
Hlm, 2.
7 Bagus Himawan, Indonesia Mampu Dominasi Pasar Pulp Dunia, MediaIndonesia.com,
diunduh 1 April 2012 Pukul 20.00 Wib.
8 Ank, Ekspor
migas Riau naik 35,23% selama 2011, sindonews.com diunduh 2 April
2012 Pukul 10.00 Wib
9
Disyantik, Perkembangan Ekspor Dan Impor
Riau Januari 2012, bps.go.id, diunduh 2 April 2012 Pukul 13.00 Wib
10 Ibid,.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar