Sabtu, 21 April 2012

MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI BERBASIS EKSPOR


MODEL BASIS EKSPOR DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI
DI PROVINSI RIAU
            Pertumbuhan ekonomi adalah suatu bentuk dimana ada peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Hal itu ditandai dengan adanya kenaikan pendapatan per kapita suatu daerah dari tahun sebelumnya. Untuk menjelaskan bagaimanakah suatu daerah dapat dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi adalah dengan menggunakan 3 model, yaitu model basis ekspor, model pendapatan antar daerah, dan model neo klasik. Dalam tulisan ini akan dipakai model pertumbuhan basis ekspor untul menganalis pertumbuhan ekonomi di Provinsi Riau.
            Model basis ekspor adalah salah satu model pertumbuhan ekonomi dimana suatu daerah memproduksi barang sesuai dengan keuntungan kompetitif yang dimiliki daerah tersebut. Ekspor merupakan faktor penting yang mendorong pertumbuhan ekonomi disuatu daerah. Ini adalah salah satu dampak positif diberlakukannya otonomi daerah sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 1999, dimana daerah otonom berhak mengatur secara mandiri wilayahnya termasuk bidang ekonomi. Dengan adanya kebebasan mengatur wilayah sendiri menjadikan suatu daerah tahu apa yang menjadi potensinya dan dapat dikembangkan yang akhirnya akan menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD). Ketika suatu daerah dapat mengembangkan apa yang menjadi sektor-sektor yang dapat diekspor akan dapat menaikkan pertumbuhan ekonomi.
            Provinsi Riau secara geografis terletak di tengah pulau Sumatra dan langsung berbatasan dengan selat Malaka. Perkebunan yang banyak dikembangkan di daerah Riau adalah perkebunan kelapa sawit, karet, dan kelapa.[1] Untuk sektor perkebunan Pemerintah Daerah Riau menetapkan kelapa sawit sebagai komoditas unggulan daerah. Kelapa sawit masuk ke Indonesia pada tahun 1848 sebagai tanaman hias di Kebun Raya Bogor dan baru diusahakan sebagai tanaman komersial pada tahun 1912 dan ekspor minyak sawit pertama kali dilakukan pada tahun 1919.[2] Kelapa sawit adalah komoditi yang paling paling banyak ada di Riau dan dapat mendorong perekonomian rakyat. Itu dikarenakan karena Riau sangat cocok dijadikan perkebunan kelapa sawit. Dengan luas mencapai 1.486.989 ha pada tahun 2003, maka pada saat itu daerah Riau mempunyai kebun kelapa sawit terluas di Indonesia. Produksi CPO dari daerah Riau pada tahun 2003 telah mencapai 3.832.228 ton (Dinas Perkebunan Propinsi Riau Tahun 2003).3
            Berikut adalah data mengenai luas areal kelapa sawit dari tahun 2000-2004 di Riau.4
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
Luas Tanaman (Ha)
805.646
1.047.644
1.238.106
1.319.659
1,370,284

Di tahun 2004 tampak jelas bahwa di Provinsi Riau mengalami kenaikan yang pesat dari tahun 2000. Ada 500.000 Ha lebih perkebunan kelapa sawit yang mulai berkembang. Hal tersebut dikarenakan investasi masyarakat dari perkebunan tersebut akan menimbulkan pendapatan yang besar dan meningkatkan perekonomian rakyat.
 Ada beberapa alasan kenapa Pemerintah Daerah Riau mengutamakan kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain 5 Pertama, dari segi fisik dan lingkungan keadaan Derah Riau memungkinkan dikembangkan perkebunan kelapa sawit. Kondisi Daerah Riau yang relatif datar akan memudahkan dalam pengelolaan dan dapat menekan biaya produksi. Kedua, kondisi tanah yang memungkinkan untuk ditanam kelapa sawit akan membuat produksi lebih tinggi dibandingkan daerah lain. Ketiga, dari segi pemasaran hasil produksi Daerah Riau mempunyai keuntungan, karena letaknya yang strategis dengan pasar internasional yaitu Singapura. Keempat, berdasarkan hasil yang telah dicapai menunjukkan bahwa kelapa sawit memberikan pendapatan yang lebih tinggi kepada petani dibandingkan dengan jenis tanaman perkebunan lainnya.
Peningkatan produksi baik volume maupun mutu hasil-hasil perkebunan kelapa sawit sehingga pendapatan petani produsen dapat mencapai US $1,800.00 per KK per tahun.6 Bila kita mengacu kepada salah satu ciri bahwa suatu negara dapat dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi adalah dengan adanya peningkatan volume hasil yang diproduksi suatu daerah, maka Provinsi Riau dengan mengembangkan apa yang menjadi komoditas ekspornya telah mengalami pertumbuhan ekonomi. Tidak hanya berpatok kepada kelapa sawit, tetapi kayu juga merupakan salah satu dari komoditas ekspor yang dimiliki Riau. PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) adalah merupakan perusahaan penghasil kertas dan karton di Riau. China merupakan pasar pertumbuhan ekspor pulp terbesar di dunia saat ini. Dari 2005 hingga kini, permintaan pulp dari China meningkat hingga 139 persen.7 Ekspor dari Riau kurang berkembang dipasaran international dikarenakan kalah saing dengan China. Padahal, dengan potensi yang dimiliki seharusnya sudah bisa berkembang dikancah international mengingat bahwa Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber daya alam termasuk Riau sendiri. Dengan letaknya yang strategis dengan negara Singapura dan Malaysia seharusnya menjadikan ekspor kertas lebih berkembang. Dan juga dengan iklim tropis dengan masa panen pohon bisa sekali dalam 5 tahun, sedangkan untuk negara sub tropis bisa mencapai 20 tahun untuk sekali panen. Ini seharusnya bisa menjadi peluang yang besar untuk Riau, mengapa China bisa?
Nilai Ekspor Riau bulan November 2011 mengalami kenaikan sebesar 27,11 % dimana kenaikan itu disebabkan oleh sektor migas dan non migas. Dibandingkan bulan Oktober 2011 migas yang diekspor hanya mencapai US$ 1.413,20 juta, maka nilai ekspor pada bulan November 2011, mengalami kenaikan sebesar US$ 1.796,29 juta. Sedangkan sektor non migas pada bulan November 2011 mencapai US$ 1.255,40 persen atau naik sebesar 30,04 persen dibanding ekspor non migas bulan oktober 2011. (Data yang dilansir dari website resmi statistik bps.go.id)
Terlihat bahwa migas menunjang perekonomian di Riau dengan memanfaatkan sumber daya alam melimpah yang kaya akan minyak. Kenaikan yang besar ini menjadikan pertumbuhan ekonomi yang melesat di Riau khususnya di Pekanbaru yang merupakan ibukota Provinsi Riau. Banyak investasi yang ditanamkan oleh asing, seperti Chevron di Dumai dan Duri, Caltex di Pekanbaru. Kedua perusahaan ini sama-sama mengolah minyak bumi, tapi sangat disayangkan dengan keterbatasan yang dimiliki oleh negara kita dalam segi Sumber Daya Manusia (SDM) dan peralatan mejadikan kekayaan alam kita dikuasai oleh asing. Alangkah lebih baiknya bila sumber daya alam yang dimiliki dikelola dengan sendiri yang hasilnya akan menambah PAD yang melimpah juga untuk daerah sendiri. Inilah yang sangat tidak balance antara SDA dan SDM yang berkualitas.
Tidak hanya dari migas, sektor non migas yang dimiliki oleh Riau juga diekspor keluar diantaranya pada bulan November 2011 adalah bubuk kertas sebesar US$ 1.300,19 juta. Sedangkan untuk lemak, dan minyak nabati sebesar US$ 9.062,59 juta. Kemudian disusul oleh kertas dan karton yakni sebesar US$ 1.300,19 juta.8 Negara yang menjadi tujuan ekspor dari Riau dalam sektor non migas adalah India, China, dan Belanda.
Ekspor minyak dan gas (migas) bulan Januari 2012 mencapai US$ 949,13 juta atau naik 66,53% dibanding bulan Desember 2011.9 Sedangkan dibanding dengan Januari 2011 mencapai sebesar US$ 540,78 juta.10 Terlihat terjadi peningkatan dari volume hasil produksi dalam negeri yang diekspor keluar. Dengan keunggulan yang dimiliki Riau dalam sektor minyak ataupun tidak minyak (kertas) menjadikan pertumbuhan ekonomi didaerah itu berkembang pesat. Sehingga Riau juga disebut kota perdagangan, dikarenakan letak geografisnya yang sangat mendukung dan tentunya faktor Sumber Daya Alam yang dimiliki adalah penunjang untuk pertumbuhan tersebut.










Daftar Pustaka:

Ank. Ekspor migas Riau naik 35,23% selama 2011, sindonews.com.

Anonim. Kelapa Sawit. http://www.wikipedia.org.id,

Disyantik, Perkembangan Ekspor Dan Impor Riau Januari 2012, bps.go.id.

Himawan, Bagus.  Indonesia Mampu Dominasi Pasar Pulp Dunia, MediaIndonesia.com.
Iyung, Pahan. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit – Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir, Penebar Swadaya, Bogor.
Syahza,  Almasdi dkk. 2005. Kelapa Sawit: Pengaruhnya Terhadap Ekonomi Regional Daerah Riau. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Riau.
Syahza, Almasdi. 2002. Potensi Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Daerah Riau, dalam Usahawan Indonesia, No. 04/TH XXXI April 2002, Lembaga Manajemen FE UI. Jakarta.












[1] Hasil penelitian Almasdi Syahza dkk, Kelapa Sawit: Pengaruhnya Terhadap Ekonomi Regional Daerah Riau. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Riau, 2005, hlm. 2
[2] Anonim, Kelapa Sawit. http://www.wikipedia.org.id, diunduh 1 April 2012 Pukul 16.50 Wib.
3 Ibid,.
4 Pahan Iyung, Panduan Lengkap Kelapa Sawit – Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir, Penebar Swadaya, Bogor, 2006.
5 Almasdi Syahza, Potensi Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Daerah Riau, dalam Usahawan Indonesia, No. 04/TH XXXI April 2002, Lembaga Manajemen FE UI, Jakarta, 2002, (Dalam penelitian Almasdi Syahza dkk, Kelapa Sawit: Pengaruhnya Terhadap Ekonomi Regional Daerah Riau. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Riau, 2005, hlm. 2)
6 Almasdi Syahza dkk, Op. Cit,. Hlm, 2.
7 Bagus Himawan, Indonesia Mampu Dominasi Pasar Pulp Dunia, MediaIndonesia.com, diunduh 1 April 2012 Pukul 20.00 Wib.

8 Ank, Ekspor migas Riau naik 35,23% selama 2011, sindonews.com diunduh 2 April 2012 Pukul 10.00 Wib

9 Disyantik, Perkembangan Ekspor Dan Impor Riau Januari 2012, bps.go.id, diunduh 2 April 2012 Pukul 13.00 Wib

10 Ibid,.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar